Jumat, 24 Juni 2016

Ilustrasi
Ashabul kisah, ada dua orang yang berteman. Mereka berdua berasal dari kampus yang sama, jurusan yang sama dan mengambil konsentrasi keahlian yang sama. IPK akhir mereka pun tak jauh, hanya berselisih nol-koma-nol-sekian saja.

Namun kini, setelah sepuluh tahun bekerja, perbedaan penghasilan mereka seperti langit dan bumi. Yang satu telah menjabat sebagai asisten manager sebuah pabrik dan mempunyai penghasilan 'hanya' lima jutaan saja. Sedangkan yang satu, teknisi ahli namun berpenghasilan nyaris USD $5.000 per bulannya.

Apa yang membedakan penghasilan dari keduanya?
Jika anda menyebutnya karena beda nasib, maka cerita ini selesai.
Namun, jika anda percaya bahwa usaha menentukan nasib, maka silahkan dilanjut ke bagian bawah.

Jawabannya, karena yang satu bekerja di dalam negeri dan mengikuti jenjang karir yang ada. Sedangkan yang satu bekerja keluar negeri dengan mengambil sertifikasi keahlian.

Sekali lagi, ini bukan perkara bahwa yang satu bernasib baik, sedangkan yang satunya lagi bernasib buruk. Sama sekali bukan. Namun hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam mengambil keputusan. Apakah tetap menerima atau mau meloncat untuk menaikkan level. Loncat ke perusahaan multinasional, walaupun jabatannya tidak setinggi pekerja di dalam negeri, namun rate penghasilan dan kesejahteraannya akan berbeda.

Jika diibaratkan sebagai gerbong, maka gerbong mana yang akan anda pilih?

Pilihan anda akan berpengaruh kepada kemanfaatan yang akan diterima, baik bagi diri anda sendiri maupun keluarga yang dinafkahi.

Cerita di atas, dapat pula kita analogikan dalam hal berzakat, berinfak, bersedekah dan berwakaf.

Kita mau menggunakan gerbong yang mana? Apakah memilih untuk bergabung dengan gerbong semacam Dompet Dhuafa - bersama para muzakki lainnya, menyongsong pengentasan kemiskinan dengan donasi yang terakumulasi dalam jumlah yang besar dan beragam?

Atau menjadi single honestman - orang baik tunggal, dengan menjalankan gerbong sendiri, langsung memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan?

Jika pilihan terakhir yang kita ambil, niscaya bilangan rupiah yang kita sumbangkan hanya akan segitu-gitu saja. Anggap saja bantuan kita paling besar dalam kisaran ratusan ribu rupiah, thok! Maka anda hanya akan dapat membantu satu orang atau satu keluarga saja, yang pastinya akan cepat habis, karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

Berbeda jika pilihan kita adalah bergabung dengan gerbong besar dengan banyak orang di dalamnya, serta tujuannya pun pasti. Karena digerakkan oleh masinis yang berpengalaman dan mempunyai tujuan yang terukur dan terarah.

Gerbong Besar Itu Bernama Zakatnesia

Jika kemudian, kita mengenal adanya gerakan Zakatnesia yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa mengawal Ramadhan 1437 H tahun ini. Maka jangan sia-siakan kesempatan itu untuk bergabung dalam gerbong besar tersebut.

Sebab, seberapa besar atau sekecil apapun donasi anda dibanding dengan penumpang gerbong yang sama, maka anda tetap mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung betapa donasi anda tadi memberikan manfaat yang luas. Bahasa ekonominya, bermodal donasi kecil kita pun dapat ikut dalam pemberdayaan hebat.

Inilah konsep keberkahan dalam beramal jamaah. Tangan Allah bersama dengan jamaah yang konsen dalam kebaikan. Ia bertambah, berapapun jumlah bibit yang kita tanam. Karena media tanamnya subur, maka ia akan tetap tumbuh mekar bersama bibit-bibit yang lain.

Lantas, bagaimana sebuah gerakan Zakatnesia ini mampu berbuat banyak dalam hal pengentasan kemiskinan?

Rumus pertamanya adalah kepercayaan!

Ada muzakki yang menitipkan amanahnya, ada lembaga zakat yang amanah - tidak sebatas lip services semata, tapi juga mempunyai sebrankas instrumen kepercayaan : akuntabilitas, transparansi, program pemberdayaan yang mumpuni dan teruji serta mempunyai data riil sebaran kemiskinan di seantero tanah air.

Jika demikian adanya, maka para muzakki akan tenang menitipkan hartanya untuk ngalap berkah bersama gerbong pemberdayaan Zakatnesia ini.

Langkah kedua adalah menjaga kepercayaan.

Meskipun, donasi yang diberikan kepada Dompet Dhuafa atau lembaga filantropi lainnya adalah dana hibah. Artinya, yang memberi sebenarnya tidak punya hak (dan biasanya malu) untuk meminta kembali. Namun, pemberian laporan keuangan dan laporan kegiatan pemberdayaan yang transparan dan memenuhi kaedah ilmu akuntansi modern, haruslah tetap dilakukan kepada para muzakki.

Hal ini diperkuat pula dengan pelibatan pihak ketiga yakni akuntan publik, yang diberikan akses untuk mengaudit laporan keuangan secara berkala.

Sehingga, kepercayaan bukanlah soal anggapan atau asumsi semata, seperti laiknya ucapan di warung kopi: "Saya percaya saja!".

Namun, ekspresi kepercayaan itu akan mengembang lebih jauh menjadi lebih profesional dan memberikan efek domino : "Laporannya lengkap dan bisa Saya percayai. Ke depan saya akan berdonasi lagi, jumlahnya akan saya tambah".

Elegan bukan?

Langkah ketiga, menerjemahkan kepercayaan menjadi program pemberdayaan yang riil.

Saya yakin, di usianya yang ke-23 tahun, Dompet Dhuafa kenyang akan pengalaman dalam soal penghimpunan, pengelolaan dan pemberdayaan dana donasi yang dititipkan kepada mereka. Apalagi DD senantiasa menjadi pionir dan trend-setter yang menjadi inspirasi bagi pegiat zakat dan kemanusiaan lainnya.

Saat ini, setidaknya ada empat hal yang menjadi fokus pemberdayaan donasi yang dikelola oleh Dompet Dhuafa, yakni Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi dan Pengembangan Sosial.

Dikutip dari laman resminya, keempat aspek tersebut adalah :

Kesehatan
Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa
Tentu kita semua sudah tidak asing lagi dengan adanya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa. LKC telah berdiri di banyak tempat di beberapa wilayah tanah air. Jauh sebelum adanya gagasan publik untuk memberikan layanan kesehatan secara bermutu dan gratis, DD telah mendahuluinya melalui LKC ini.

Tak hanya sebatas rumah sakit kecil dan klinik LKC. DD juga membuat terobosan dengan mendirikan Rumah Sehat Terpadu (RST) di Bogor. Pendirian berbagai lembaga kesehatan tersebut bertujuan untuk melayani seluruh mustahik dengan sistem yang mudah dan terintegrasi dengan sangat baik.

Tidak berhenti sampai pada pelayanan kuratif sahaja, para masyarakat dhuafa pun diajak dan dibina untuk memulai hidup sehat dari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut tampak dari menonjolnya beberapa program promosi kesehatan yang menyasar segala usia. Mulai dari balita, anak usia sekolah, remaja, ibu hamil hingga lansia.

Pendidikan
Kampus Smart Ekselensia Indonesia
DD pun memberikan perhatian yang maksimal kepada pendidikan. Karena mereka yakin, masa depan Indonesia yang lebih baik ada di tangan anak-anak. Dengan pendidikan pula, nasib seseorang bisa diubah dengan melakukan persiapan di bidang pendidikan sedini mungkin.

DD membantu mewujudkannya dengan memberikan program pendidikan dan beasiswa bagi anak-anak Indonesia yang tidak mampu. Mulai dari tingkat SD hingga ke perguruan tinggi, semisal beasiswa Etos dan beasiswa aktivis.

Salah satu pencapaian yang membuat DD semakin dipercaya sebagai lembaga zakat yang kredibel adalah pendirian sekolah gratis dan berkualitas internasional bagi para dhuafa.

Yakni, Smart Ekselensia Indonesia. Sekolah akselerasi berbasis asrama. Kurikulumnya memungkinkan tingkat SMP dan SMA diselesaikan hanya dalam waktu lima tahun saja! Tak hanya itu, lulusan SEI ini 100% diterima di berbagai Perguruan Tinggi Negeri top tanah air.

Ekonomi
Gedung Institut Kemandirian
Setelah kebutuhan dasar di bidang kesehatan dan pendidikan telah dipenuhi, maka langkah selanjutnya adalah dengan menjaga pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka para dhuafa. Karena jika tidak, mereka tidak akan sanggup berpikir untuk menjaga kesehatan dan pendidikan anak-anaknya.

Saya selalu tertarik jika sudah membicarakan mengenai ekonomi ini. Poin yang selalu ingin saya sampaikan adalah inti dari pemberdayaan ekonomi ialah memberikan kesempatan kepada para dhuafa untuk memiliki akses kepada simpul-simpul ekonomi, dalam hal ini permodalan.

Itulah mengapa, pemerintah dalam satu dekade belakangan ini begitu gencar untuk menggarap sektor UMKM dan menebar kemudahan dalam hal Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Peran negara yang coba diperluas oleh Dompet Dhuafa adalah dengan merangkul masyarakat di seluruh daerah dengan berbagai program pemberdayaan, agar terciptanya entrepreneur dan lapangan kerja baru. Untuk itulah, pemberdayaan ekonomi memegang peranan penting dalam memutus rantai kemiskinan tersebut.

Beberapa pencapaian yang dilakukan oleh DD di bidang ini di antaranya dengan pendirian Institut Kemandirian yang memberikan pendampingan bagi para pelaku usaha mikro dan para dhuafa yang berminat untuk berwirausaha. Bantuan yang diberikan adalah pemberian keterampilan kerja, permodalan hingga pendampingan ekonomi.

Pengembangan Sosial
Empat pilar pemberdayaan Dompet Dhuafa
Selain bekutat pada rencana pengembangan dan pemberdayaan, hal-hal karitatif berbentuk bantuan langsung tetaplah diperlukan. Sia-sia jika kita berapi-api membicarakan tentang grand design pemberdayaan, rancangan pembangunan mental mustahik lima hingga sepuluh tahun kemudian dan lainnya.

Namun, dhuafa yang tengah dibicarakan, tertekuk muka lesu menahan lapar memikirkan akan makan apa malam ini. Atau, minggu depan apakah ada uang untuk sekedar membeli beras dan kerupuk.

Adanya program penembangan sosial ini memungkinkan DD dapat bergerak cepat untuk kondisi khusus yang terkait dengan dhuafa. Seperti bantuan bencana alam, penggusuran, kondisi kurang gizi dan sebagainya.

Keempat hal tersebut merupakan pondasi dasar dalam kehidupan anak manusia, khususnya di tanah air. Sehingga, zakat yang merupakan instrumen sosial dalam kehidupan seorang muslim, menjadi punya power dalam persoalan kemanusiaan dan posisi tawar yang mumpuni dalam hal ekonomi.



Banyak sudah kisah yang terbentang dalam menebar kebaikan yang dibuktikan oleh dana zakat yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa. Banyak mustahik (penerima zakat-red) yang berhasil menaikkan status menjadi muzakki. Dulu diberi zakat, sekarang sudah wajib dan mampu mengeluarkan zakatnya.

Dan, layaknya gerbong riil yang berjalan di atas rel. Ia tidak akan berjalan jika tidak ditarik oleh lokomotif. Lokomotifnya itu adalah anda dan kita, selaku donatur, muzakki ataupun penyumbang.

Meski yang terlihat adalah gerbong yang berjalan. Sesungguhnya yang memungkinkan ia bergerak cepat menuju tujuan yang ingin digapai adalah kepedulian anda. Kepedulian untuk terlibat di dalamnya, baik secara materi, keilmuwan, kerelawanan atau apapun saja.

Zakatnesia adalah saat yang tepat untuk turut serta dalam kolaborasi besat tersebut. Demi meningkatkan kesejahteraan dhuafa dan tentu saja menopang kerja pemerintah di bidang penurunan angka kemiskinan. (*)

Pakdezaki . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates