Selasa, 23 November 2021

Assalamualaikum wr wbr, 

Apa kabar sahabat? Semoga dalam keadaan sehat selalu. 

Sahabat, pernahkah engkau merasa telah mengetahui begitu banyak hal, sudah merasa sangat berhati-hati dalam memilih sumber informasi, tapi tetap saja kamu terpapar informasi yang menyesatkan?

Saya pernah. Dan ini terkait infodemi soal vaksin Covid-19. 

Faktanya, kita memang telah dikepung dari segala penjuru oleh berita-berita bohong dan informasi hoaks. Survei Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi serta SiBerkreasi menyebutkan sebanyak 30%–60% orang Indonesia terpapar informasi hoaks saat mengakses dan berkomunikasi di dunia maya. 

Sementara Kemenkominfo melaporkan, ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. 

Bahkan sampai di satu titik, saya sempat memutuskan tidak ingin divaksin! Nah lho, gawat kan.. Entah, disinformasi jenis apa yang memapar saya dalam crowded Covid-19 kemarin itu. Sampai saya menunda keinginan untuk vaksin.

Padahal saat itu, Palembang lagi zona merah lho. Surabaya tempat di mana anak saya mondok, malah sudah masuk zona hitam! 

Tapi saat disuruh vaksin, saya ogah. Apa pasalnya?

Alasannya, karena saya masih ragu soal rendahnya tingkat efikasi vaksin. Kelihatan agak lebih smart dikit ya alasannya.. Hehe.. 

Akibatnya, saya mengalah dalam hal antrian mendapatkan vaksin. Beberapa teman kantor sudah duluan divaksin. Sedangkan saya menepi, masih menunggu kepastian dahulu. Meski demikian, saya tetap mematuhi protokol kesehatan. 

Namun pada akhirnya, semua berubah, saat ibu saya yang telah berumur lanjut (70 tahun) sudah lengkap divaksinnya dan tidak ada reaksi apa-apa. Fakta empiris itu mampu memperbaiki keyakinan saya soal efikasi vaksin.

Ditambah, titah ibu adalah sabda bagi saya. Beliau meminta saya untuk segera vaksin. Maka saya pun cepat-cepat membatalkan ketetapan hati tadi dan berburu informasi tempat pelayanan vaksin. 

Alhamdulillah, semuanya dimudahkan. Sekarang vaksin saya sudah lengkap. Saya sangat bersyukur, bahwa tidak ada efek sama sekali ke badan. Selain vaksin pertama yang sepertinya membuat saya pengen tiduu..r saja seharian. Selebihnya tidak ada efek lain. Sementara untuk vaksin kedua, tidak ada efek sama sekali.

Di luar semua itu, yang terpenting, saya sangat bersyukur melihat tren penurunan penularan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona ini. Dan yang membanggakan, saya bisa menjadi bagian dari tujuan pemerintah untuk mewujudkan herd immunity negeri ini.

Dalam kasus saya, meski sudah merasa melek literasi dan mematuhi rambu-rambu penyaringan informasi, masih terkena dampaknya. Hanya gejala ringan : keraguan! 

Tapi, jika persentase orang seperti saya cukup banyak di negeri ini - yang datang dari kelas menengah dan dengan latar pendidikan tinggi saja masih kena, maka apa jadinya nasib anak bangsa di negeri gemah ripah loh jinawi ini?

Jujur saja, andaikan tidak ada ketahanan informasi, mungkin saya akan dengan mudah terperdaya lebih dalam oleh informasi-informasi yang menyesatkan. 

Hari ini, Senin (22/11/2021), jumlah kasus baru berada di angka 314, dengan rata-rata kasus per hari dalam kurun waktu 15-21 Nov ada di angka 365.

Saya bisa merasakan senyum terkembang Ibu Pertiwi. Seperti halnya slogan JNE Connecting Happines, Berkat ketahanan informasi kita dari arus info yang menyesatkan, serta kesediaan kita untuk divaksin dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Menjadikan kita sebagai sosok penyambung kebahagiaan. 

Bahwa, perilaku sederhana kita dalam membiasakan penerapan protokol kesehatan telah membantu mengukir senyum setiap anak bangsa. Sebuah pengejawantahan sosok Ibu Pertiwi. Saya, kamu, dan kita semua telah berhasil menjadi entitas yang menyambung-padukan senyum kebahagiaan bahwa kita selamat dari bahaya pandemi. 

Semoga pandemi Covid-19 ini benar-benar telah lenyap dari tanah air kita khususnya dan dunia pada umumnya. Amin ya rabbal alamiin..

Tabik! 

Pakdezaki . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates