Jasa Pengetikan Nama Peserta Sertifikat di Palembang
Keep It Simple Stupid
Bagi Anda yang lagi membutuhkan layanan Jasa Editing Naskah Buku di Palembang silakan menghubungi kami di nomor 0852-7966-1756 . Kami memberikan jasa editing naskah sesuai dengan kaidah EYD/PUEBI dan kaidah penulisan ilmiah.
Kami paham, dengan kesibukan anda, pekerjaan untuk menelisik kembali naskah tulisan adalah sesuatu yang melelahkan. Apalagi jika anda memiliki jam aktivitas yang tinggi. Untuk itu kami hadir memberikan jasa memeriksa kembali tulisan naskah anda, memperbaiki typo, mengatur kembali struktur paragraf, mengoreksi kesalahan tanda baca, menyinkronkan dengan acuan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang baik dan benar (dulu bernama EYD - Ejaan Yang Disempurnakan) dan lainnya.
Lalu apa saja yang akan kami berikan dalam layanan jasa editing naskah ini? Yups, mari kita mulai...
Ibadah Zakat, sudah menjadi bab yang tak terpisahkan dari kehidupan seorang Muslim. Zakat mendiami level ke-3 dalam Rukun Islam, setelah Syahadat dan Shalat. Sesudah mengucapkan syahadat, maka seorang muslim diperintahkan untuk shalat dan zakat. Karena banyak ayat di dalam Al Quran yang menggandengkan Shalat dan Zakat secara bersamaan.
ΩَΨ§َΩِΩْΩ ُΩΨ§ Ψ§ΩΨ΅َّΩٰΩΨ©َ ΩَΨ§ٰΨͺُΩΨ§ Ψ§ΩΨ²َّΩٰΩΨ©َ ΩَΨ§Ψ±ْΩَΨΉُΩْΨ§ Ω َΨΉَ Ψ§ΩΨ±ّٰΩِΨΉِΩْΩَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah: 43)
Syahdan, secara tradisional, zakat dikenal di kalangan masyarakat hanya sebatas zakat fitrah saja, di bulan Ramadhan. Beberapa menambahkan zakat maal (harta) saat menyetorkan zakat fitrah ke panitia amil zakat, yang biasanya ngantor di masjid perkampungan.
Kemudian, zakat berupa beras, bahan pokok dan uang tadi akan dikumpulkan, lalu dibagikan kepada masyarakat tak mampu (mustahik) di sekitar masjid yang telah didata oleh para pengurus masjid sebelumnya.
Warga dhuafa bergembira menerima bantuan. Ada beras untuk makan beberapa hari ke depan, ada uang yang bisa dibelanjakan kebutuhan lebaran. Beli minyak goreng, beli kecap, beli lauk-pauk. Secukupnya uang yang didapat.
Sehari-dua hari, kebutuhan mereka tertutupi.
Namun, seusai lebaran, persediaan pun habis. Mereka kembali ke aktivitas semula. Yang masih punya tenaga dan sehat, akan kembali menjadi tenaga serabutan. Bekerja apa saja, yang penting bisa memenuhi kebutuhan, Yang terkategori fakir, mereka menunggu bantuan datang.
Sementara, hidup terus berjalan. Kebutuhan perut tak bisa dihindari. Yang kuat bisa puasa, yang renta menanti santunan tiba.
Dengan kondisi seperti ini, pertanyaan sederhana adalah apakah mereka harus menunggu bantuan hingga Ramadhan tahun depannya?
Sementara, saat mereka shalat Jumat, mereka bisa melihat saldo di Masjid angkanya tertulis jutaan rupiah. Setengah berharap, setengah bertanya. Mereka membetik dalam hati, tak adakah bagian untuk mereka dari angka-angka yang terus naik setiap Jumat itu?
Mereka pun menundukkan harapan. 'Sudahlah, siapa saya ini', bathinnya. Akhirnya, mereka tidak merasakan manfaat lebih dari keberadaan masjid, selain hanya untuk tempat shalat dan penanda azan saja. Mereka dan masjid pun berjarak.
Hidupnya hanyalah sebaris data, yang baru 'terlihat' setiap tahun. Sementara, sedikitnya 365 hari ke depan, mereka harus menggigit ujung sarung, dalam kondisi puasa menahan lapar dan serba kekurangan..
Mereka tak sempat memikirkan masa depan, tak sempat menyiapkan pendidikan anak mereka.
Mereka berjuang meraih rupiah setiap hari, dengan memaksakan batas kemampuan diri, kadang lupa waktu dan sering lupa menjaga kesehatan. Yang paling dasar sekalipun.
Kondisi inilah yang menjadi tesis lembaga Dompet Dhuafa saat berdirinya. Bagaimana melayani kebutuhan dasar mereka dahulu berupa pangan dan kesehatan. Baru kemudian beranjak ke pemberdayaan dan pendidikan. Dompet Dhuafa menggunakan istilah 30 Hari Jadi Manfaat.
Logikanya sederhana. Setelah perut dikenyangkan, ada bahan makanan di dapur untuk beberapa waktu ke depan. Badan sehat, tidak sakit-sakitan. Pikiran sudah tenang dan terang, barulah mereka diajak untuk bicara soal pendidikan anak dan masalah peningkatan ekonomi keluarga.
Baik memberdayakan keahlian yang telah dimiliki ataupun memberikan pengetahuan keahlian baru. Tujuannya, tak lain dan tak bukan adalah untuk lepas dari belenggu kemiskinan menjadi insan yang produktif.
Itulah filosofi pemberdayaan Dompet Dhuafa. Berikan kail, jangan sekedar memberi ikan saja.
Dalam misinya, Dompet Dhuafa tak sungkan langsung menggandeng para pakar yang sudah ahli di bidangnya. Atau para akademisi yang masih fresh hasil penelitiannya untuk dibumikan langsung kepada para dhuafa dalam program-program pemberdayaan.
Tahun 2006 sampai tahun 2009, saya sempat bergabung dengan Yayasan Dompet Sosial Insan Mulia (DSIM) di Palembang sebagai seorang relawan media. Saat itu, DSIM merupakan jejaring pengelola zakat (JPZ) dari Dompet Dhuafa.
Di sanalah saya belajar, bagaimana filantropi dari warga negara disulap menjadi sesuatu yang riil dan prestisius, dan sangat memuliakan para dhuafa.
Bagaimana Ziswaf yang berhasil dihimpun mampu menghasilkan aneka program yang sangat luar biasa untuk ukuran waktu saat itu.
Banyak anak dari kalangan dhuafa terancam putus sekolah, melalui program beasiswa, tidak hanya bisa kembali bersekolah, namun juga bisa merasakan kesempatan sekolah boarding di daerah Parung, Bogor bernama Smart Ekselensia Indonesia.
Mereka diasuh oleh para fasilitator lulusan Sekolah Guru Indonesia (SGI) dengan kurikulum eksperemintal terbaik dan tentu saja dengan fasilitas Pendidikan juga yang terbaik. Dan semuanya gratis!
Itu baru contoh kecil saja apa yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa.
BTW, sampai sekarang, saya masih saja berdecak kagum dengan berbagai ratusan - bahkan mungkin sudah mencapai ribuan, inisiasi Dompet Dhuafa dalam membuat program-program kreatif yang mempau membaca dinamika kebutuhan masyarakat dhuafa.
Kenangan sepulang mengawal hewan kurban dalam program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa di daerah Jalur 19, Banyuasin. (Saya mengenakan koko putih dan peci) [Kredit Foto : Anton Dacarola) |
Contoh saja program THK alias Tebar Hewan Kurban.
Saya tak pernah menyangka, bahwa di saat banyak masjid di sekitar tempat tinggal kita berkelimpahan hewan kurban. Ditandai, kadang satu rumah saja, bisa dapat 2-3 kantong daging kurban dari masjid yang berbeda.
Sementara di tempat-tempat terpencil dan terpelosok, justru sudah sekian tahun tidak ada yang berkurban. Jangankan makan dagingnya, melihat sosok kambing dan sapi saja mereka tidak pernah melihat langsung.
Saya tahu persis hal itu, karena saya dan beberapa orang relawan beberapa kali diutus mengawal hewan kurban ke daerah pinggiran kota sampai ke pelosok kabupaten di Sumatera Selatan. Menginap di rumah warga, ikut shalat Ied lalu ramai-ramai menyaksikan prosesi penyembelihan hewan kurban.
Masih terbayang, wajah-wajah mereka, dari yang kecil sampai tua, berbinar-binar melihat wujud sapi yang sedemikian besar.
Sapi itu, kami kawal pengantarannya menggunakan truk sore hari menjelang pergantian tanggal 10 Dzulhijjah tahun itu. Meski saya hanya mengantarkan saja, tapi perasaan saat itu sungguh luar biasa. Padahal itu bukan sapi kurban saya ya. Saya tidak kenal dengan warganya. Dan warga pun tidak ada yang mengetahui siapa yang berkurban. Hanya ada nama-nama para pekurban saja yang ada di kertas laporan.
Sebagai relawan saja, ada kebahagiaan yang begitu membuncah. Apalagi mereka yang menerimanya?
Kunjungan ke daerah perairan Desa Sumber Makmur, Banyuasin, dalam rangka Workshop Pertanian Lahan Suboptimal. |
Dompet Dhuafa, Mereka Profesional maka Mereka Ada
Kecerdasan dan profesionalitas dalam membuat program-program seperti inilah, yang akhirnya membuat Dompet Dhuafa tetap eksis lebih dari tiga dekade, walaupun tanpa selfie, tanpa membanggakan diri.
Dompet Dhuafa berhasil memuliakan para dhuafa tanpa menjatuhkan harga dirinya. Mereka didata para relawan dengan santun, tanpa tahu siapa yang memberi.
Mereka didatangi dari rumah ke rumah. Tanpa kupon, tanpa antrian. Tak ada biaya fotokopi, tak ada biaya transport. Bahkan seringkali para relawan dengan menahan air mata yang telah menghangat, mengangsurkan uang barang sepuluh-dua puluh ribu ke dalam genggaman ibu-ibu tua nan sepuh atau anak-anak berambut kuning, kusut masai. Dari uang pribadi.
Sebaik-baik kebaikan, adalah kebaikan yang menular di antara orang-orang baik.
Sementara kami para relawan berkesempatan memetik kebaikan dengan berperan sebagai kran penyalur donasi ziswaf. Di sisi lain, donatur pun terjaga dari perasaan berkemampuan.
Karena mereka tidak bertemu langsung dengan para mustahik (penerima manfaat-red). Jangankan bertemu, tahu pun tidak. Kecuali hanya sebatas laporan rutin yang dikirimkan oleh Dompet Dhuafa setiap bulannya. Sebagai sederet angkat dan saldo donasi. Demi menjaga transparansi dan pengrapian laporan keuangan saja.
Dedikasi dan Akuntabel
Sebagai sebuah NGO, Dompet Dhuafa telah lepas dari segala jerat yang biasanya membayangi eksistensi lembaga non pemerintah. Seperti ketiadaan sumber dana, rendahnya profesionalisme karena latar belakang profesi aktivis yang beraneka ragam, dan konsep idelogi yang tidak jelas.
Tidak. Dompet Dhuafa jauh-jauh hari sudah memperhitungkan hal itu.
Dalam lingkungan bisnis sosial (Social Entrepreneurship), trust tetap menjadi mata uang yang berlaku abadi. Dompet Dhuafa telah menyiapkan hal itu dan telah berbukti bertahan hingga saat ini.
In the end of the day, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-31 Tahun kepada Dompet Dhuafa, semoga tetap eksis tanpa walau tanpe selfie. Tetap berdikari tanpa membanggakan diri. Senantiasa menjadi trend setter dalam mengkreasikan program-program pemberdayaan.
Sebagai penghulu, tentu akan banyak yang mengekor di belakang. Itu bukanlah sebuah hal yang buruk, jika kreasi program DD banyak dijiplak oleh 'toko sebelah'.
Karena sejak awal berdiri, semangat Dompet Dhuafa adalah menciptakan jejaring kebaikan. Semakin banyak mitra, maka semakin banyak pula yang akan terbantu.
Konklusi
Di tengah disrupsi dunia mobile digital sekarang ini, saat sesuatu bisa dicipta dan ditiru dengan begitu mudah, Dompet Dhuafa bakal menghadapi tantangan berat. Tantangan tidak lagi dalam bentuk goliath - raksasa besar yang jelas wujudnya.
Tantangan itu bisa berasal dari personal-personal yang kini sudah bisa melakukan funding sendiri, melakukan sebaran sendiri. Utamanya para influencer yang bisa merangkul erat para Gen Z dan Gen Alpha.
Ini bisa menjadi pisau bermata dua. Satu sisi, kehadiran para influencer ini bisa menjadi bagian kolaborasi. Satu sisi, jika mereka tergoda untuk fraud dengan donasi yang dikumpulkan, akan membawa dampak negatif dalam dunia filantropi.
Dompet Dhuafa harus terus terjaga, terus beradaptasi, terus berjiwa muda dalam menciptakan inovasi-inovasi program pemberdayaan.
Semoga Dompet Dhuafa tetap dapat terus bertumbuh bersama para donatur, fasilitator hingga dhuafa yang dibina. Dan terus menularkan kebaikan di negeri tercinta ini. Tabik.
---
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”
Fathir dan teman-teman satu masqan (asrama), saat hendak belajar kelas malam. |
Bismillah..
Dalam post sebelumnya, ada rekan yang bertanya soal Kelas Persiapan di Gontor. Jadi dalam postingan kali ini, saya izin menuliskan Bagaimana cara kelas Persiapan masuk Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG) alias Ponpes Gontor.
Mengingat kami juga dahulu begitu blank soal bagaimana masuk ke Ponpes Gontor ini. Bingung mau bertanya ke siapa. Jadi mudah-mudahan dengan tulisan kali ini bisa memberikan gambaran tentang proses seleksi di PMDG, jika ayah/bunda rekan-rekan semua ada keingingan untuk memasukkan anaknya ke Pondok Gontor.
Lanjut ya..
Jadi untuk persiapan masuk ke Ponpes Gontor, ada beberapa metode.
Ini bisa dilakukan jika ada anak saudara, kenalan, yang bisa mengajar privat/intensif ke anak Kita secara pribadi.
Yang diajarkan berupa materi-materi ujian masuk. Utamanya adalah imla'/dikte bahasa arab. Orang yang pernah nyantri, biasanya nggak ada masalah dengan imla' ini.
Metode Imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana Ustadz/Ustadzah membacakan pelajaran, dengan menyuruh Santri untuk menulis di buku tulis atau di papan tulis.
Metode lain, Ustadz menuliskan materi pelajaran di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada Santri maka materi Imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh Santri untuk menuliskannya Kembali. (Kemenang Kanwil Kalteng)
Metode ini, kami cobakan ke anak sulung kami, dengan 'menitipkan' beberapa hari ke anak teman saya yang sudah nyantri di pondok Gontor. Kebetulan saat itu, anak teman sedang liburan. Jadi pagi saya antar, sepulang ngantor saya jemput. Kurang lebih tiga hari kalo nggak salah.
Alhamdulillah, dalam seleksi Gontor Angkatan Corona, ananda lulus dan diterima di Gontor Putri 1 Mantingan.
Sama seperti ujian untuk masuk ke perguruan tinggi negeri, saat ini juga Ada bimbel untuk menghadapi ujian masuk Gontor. Salah satu namanya Bima Go IKPM Palembang. Sila dicek aja di Google.
Jika ikut bimbingan, orangtua harus aktif, sering-sering bertanya dengan pengurus IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Pondok Modern). Jangan antar lepas begitu saja. Karena, banyak informasi penting dan berbagai persiapan yang harus diketahui dan dikejar oleh orangtua calon santri semasa pendidikan.
Yang disebut pondok alumni adalah pondok yang didirikan oleh alumni Gontor, dan memakai kurikulum Gontor, yang biasa disebut KMI Gontor.
Namun, mesti dicari dulu Pondok alumni yang support untuk kelas persiapan. Karena, ada yang bisa memberikan rekomendasi ke Gontor, ada yang tidak.
Para Walsan (Wali Santri) biasanya mencari pondok alumni, yang setelah belajar satu tahun di pondok tersebut, bisa memberikan rekomendasi, agar anaknya bisa ikut kelas akselerasi.
Maksudnya, jika nanti dinyatakan lolos ujian masuk, bisa ikut akselerasi ke kelas dua. Tidak perlu mengulang pelajaran kelas 1.
Meski demikian, ujian masuk Gontor tetaplah ujian masuk. Tidak ada jaminan 100% bahwa setelah mondok di pondok alumni ataupun ikut bimbingan belajar, bisa diterima masuk pondok Gontor. Banyak juga kasus, sudah mengikuti bimbingan tes, masih tidak bisa menembus ujiannya.
Semua tergantung dengan kemampuan dan rezeki sang anak. Tapi minimal, dengan belajar di pondok alumni kurang lebih setahun, tentunya akan lebih familiar dengan materi yang akan diujikan nantinya.
FYI, kurikulum Gontor sangat berbeda dengan kurikulum Diknas ataupun Depag. Meski demikian, kalo sudah lulus, ijazahnya telah diakui oleh pemerintah, perguruan tinggi negeri dan kampus di Timur Tengah. Cek link ini soal persamaan ijazah.
Gontor memakai Hijriyah untuk waktu di kurikulumnya.
Sementara pondok alumni, yang mengadopsi kurikulum KMI Gontor, sebagian besar sifatnya hybrid. Kurikulum Gontor, tapi waktunya Masehi alias menyesuaikan dengan penanggalan Depag.
Jadi, penjelasannya adalah kehadiran pondok alumni bisa menjadi jembatan kekosongan (jeda) antara waktu kelulusan sekolah umum, ditandai dengan terbitnya Surat Keterangan Lulus (biasanya bulan Juni/Juli) dengan waktu pembukaan pendaftaran Gontor di bulan Ramadhan/Syawal.
Sebagai contoh, untuk anak kedua kami.
Ia lulus bulan Juni 2024, sementara pembukaan pendaftaran Gontor adalah Ramadhan 1445 H (Maret 2024). kelewatan tiga bulan.
Jika dianggurkan, maka ia akan menganggur tujuh bulan ke depan menunggu tahun pelajaran 1446 H dibuka (Maret 2025). Mau dimasukkan ke SMP umum dahulu, khawatirnya nanti minatnya berubah. Malah nggak mau masuk pondok.
Jadi kami berdua sepakat untuk memasukkan Ananda ke Kelas Persiapan yang ada di PMDG Putra 2 ini.
Program ini, baru dibuka kembali tahun ini. Dulu juga pernah dibuka, lupa tahun berapa. Tujuannya untuk menjembatani alumni SD yang waktu kelulusannya tidak bertepatan dengan waktu pendaftaran Gontor.
Untuk putra, Kelas Persiapan di lokasi PMDG Putra 2, Desa Madusari, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Lokasinya, sekitar 9 km arah Selatan Alun-alun Kota Ponorogo.
Untuk Putri, Kelas Persiapannya dipusatkan di PMDG Putri (GP) 2, Kedungmiri, Sambirejo, Kec. Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Bersebelahan dengan GP 1 dan Unida Gontor.
Jadi, boleh dibilang, kehadiran kelas Persiapan ini adalah untuk mempersiapkan calon santri, sebelum mengikuti tes masuk KMI Gontor tahun depannya.
Gambarannya, anak kedua kami masuk kelas Capel Juli 2024 (Muharram 1446 H). Ia akan belajar selama dua semester. Nanti baru akan diikutkan tes masuk KMI Gontor bulan Syawal 1446 H (bertepatan dengan Bulan Maret/April 2025).
Info lebih lanjut bisa silaturahim ke laman Capel Gontor
Selain intensif, mereka ditempatkan dalam suasana Gontor, dan dibina langsung oleh para assatidz pondok, yang juga mengajar di level yang sama.
Kurang lebih seperti itu gambarannya.
Semoga bisa membantu para calon wali santri yang berminat memasukkan anaknya ke PMDG, di tahun yang akan datang.
Info yang kami berikan ini adalah apa yang berlaku hingga tahun ini. Untuk tahun depan, kemungkinan masih sama atau berubah akan sangat bergantung dengan dinamisasi di lapangan dan kebijakan Ponpes Gontor.
Tulisan ini coba mengisnpirasi saja, tidak bermaksud untuk mendorong atau mengarahkan orangtua HARUS memasukkan anaknya ke Ponpes Gontor atau harus mondok.
Secara pribadi saya menghormati dan menginginkan setiap anak punya kemerdekaan dalam menjalani pilihan hidupnya. Kebetulan, dua anak kami bersedia untuk dipondokkan. Dan mohon doanya, agar keduanya bisa menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dan diridhai ilmunya oleh para gurunya. Aamiin...
Wallahualam,
Tabik, al-Faqir
Ponorogo, 13 Juli 2024.
Meleleh air matanya, saat ia mencoba berbicara denganku. Matanya berkaca-kaca, tertunduk dan berulang kali mengusap lelehan air matanya ke kedua lengannya, bergantian.
Itu untuk kedua kalinya ia menangis sesenggukan. Sesuatu yang sangat jarang saya lihat.
Ia hampir tidak pernah menangis, karena Fathir ini termasuk anak yang suka menjahilin umminya. Bahkan, wali kelas 6 SDnya, pun bilang kalo Fathir suka menjahilin teman-temannya.
Fathir bersama Ibu Kiki Wali Kelasnya di Kelas VI B, SD N 109 Palembang saat ambil rapor terakhir. |
Di hari ketiga ia di pondok, kami para wali santri masih diizinkan untuk menemui mereka di teras asrama. Kadang pula, masuk ke kamar asrama mereka saat mengantarkan barang-barang keperluan mereka.
Ya, sejak Rabu (10/7/2024), Muhammad Fathir Maulana, anak kedua kami, resmi menjadi Capel (Calon Pelajar) di Gontor Putra 2 Di desa Madusari, kecamatan Siman, kabupaten Ponorogo.
Disebut Calon Pelajar, karena Fathir masih dalam status Kelas Persiapan.
Meski Capel, Fathir sudah menjalani hari-hari sebagai santri pada umumnya. Bangun jam 3.30 pagi, shalat berjamaah di masjid, makan bersama di Kantin Umum, dibagikan kosakata baru setiap pagi, termasuk mengikuti pelajaran Santri level kelas 1, namun di kelas Capel.
Sabtu (13/7/2024), aku pun pulang. Mengingat, cuti 5 hari dari kantor habis Jumat kemarin. Akupun numpak bus dari Wonogiri langsung ke Palembang.
Bukan dari Ponorogo, melainkan dari Wonogiri, menginap dulu di tempat kakak.
Seperti yang aku tulis di status sebelumnya. Aku kembali ke Palembang, meninggalkan anak dan istri di Tanah Jawa. Yang Sulung, Siti Nayla Adz Dzikra di Gontor Putri 1 Mantingan, Jawa Timur.
Sementara istri, ambil kost-kostan di Ponorogo, tak jauh dari gerbang Kampus Pondok Gontor 2. Cuma sepelemparan batu jaraknya.
Mengambil peran, mempersiapkan ananda, paling tidak selama beberapa bulan ke depan. Jika ananda Fathir membutuhkan sesuatu.
Itulah mengapa, perjalanan kami kemarin, saya ambil tema MERANTAU, bukan long time journey.
Karena, masih ada kemungkinan, kami akan berpisah dalam jarak yang cukup jauh, dalam waktu yang belum ditentukan.
Tapi kami yakin, bumi yang terbentang sedemikian luas, adalah milik Allah SWT. La hawla wala quwwata illa billah.
Palembang, 17 Juli 2024.
Surat dari Sang Mantan
Cover Majalah Tempo yang mengangkat soal dugaan penyalahgunaan dana umat di lembaga kemanusiaan ACT. |
Tahun 2010.
Aku mengomentari status teman kantor yang menulis soal program penghimpunan dan penyaluran zakat. Komentar sederhana saja sebagai bentuk apresiasi atas kerja yang telah dilakukan.
Lalu, seorang teman lain masih dalam satu circle, sebut saja namanya Jono, berkomentar cukup pedas.
Ia menulis, "Ai sudah-sudahlah. Kalian makan dari uang zakat kan?"
Waktu itu, aku yang masih belia soal menahan emosi langsung tersulut sumbu amarah.
"Maksud kamu apa? Jangan lupa kamu dulu pernah magang, mengambil bahan skripsi dan belajar kerja di sini!", begitu bunyi komen balasanku.
Walau akhirnya Sang Jono tadi meminta maaf, dan teman kerja menghapus statusnya karena dinilai mengundang keributan. Kejadian itu membekas sampai sekarang.
Ya, saat itu aku bekerja sebagai seorang amil zakat di Yayasan Dompet Sosial Insan Mulia (DSIM) jejaring Dompet Dhuafa, sebagai relawan ahli bidang media. Bertanggung jawab menuliskan pemberitaan dan penerbitan materi publikasi lainnya.
Gaji pertama saat itu sebesar Rp.440.000 dan saat keluar di akhir tahun 2017, gajiku Rp.1.250.000 kurang lebih.
Bekerja sebagai relawan bidang zakat dan kemanusiaan bukanlah pekerjaan yang bertabur gengsi.
Seringkali, perasaan minder muncul kala harus berulangkali menjelaskan soal lembaga zakat. Soalnya saat itu, belum banyak lembaga filantropi yang bergerak di bidang pemberdayaan ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf)
Ungkapan nyinyir seperti komentar Jono tadi, sering menghantui. Apalagi secara akademis aku lulusan sarjana teknik dari universitas negeri di Sumsel. Harusnya aku bekerja di pabrik, bukannya bermain dengan kata-kata dan narasi.
Soal insentif, pengelola zakat masuk dalam asnaf yang berhak 'memakan uang zakat' dengan prosentase tak lebih dari 12,5 persen (QS At Taubah ayat 60).
Jadi jika sekarang lagi kencang isu soal lembaga kemanusiaan yang 'dituduh' sebuah majalah nasional, telah bergelimang kemewahan, gaji besar dan tunjangan.
Satu sisi aku merasa hujaman yang sangat kejam, keras dan brutal. Tudingan seperti itu seolah menelanjangi lembaga sebulat-bulatnya dan menggeneralisir SDM di dalamnya adalah sama = memakan donasi umat.
Padahal SDM-SDM kemanusiaan dan relawan zakat adalah mereka jiwa-jiwa muda yang terbiasa dalam dunia marjinal, meniti daerah pinggiran, memikirkan program terbaik dan masih ditambah juga untuk membuat laporan agar akuntabilitas dan layak menjalani 'bisnis akhirat' ini.
Namun di sisi lain, sebagai orang yang dibesarkan di tengah-tengah media arus utama (Aku pernah bergabung sebagai wartawan pelajar di Sriwijaya Post (1997-1999), sebagai ilustrator di harian Beritapagi (2007-2011), editor di sumselupdate.com (2015-sekarang) , aku juga harus maklum pada keistimewaan jurnalisme investigatif ala-ala Tempo ini.
Tidak mungkin mereka memuat berita besar tanpa ada upaya jurnalisme di belakangnya. Termasuk dalam hal ACT ini.
Aku tentu tidak akan langsung menuduh bahwa yang ditulis oleh Tempo sebagai suatu fitnah semata. Aku hanya coba berpikir jernih.
Adalah hal yang sangat biasa, jika dalam suatu gerbong perjuangan ada penumpang gelapnya. Begitu juga bak kata pepatah, semakin tinggi sebuah pohon, maka akan semakin deras angin yang harus ditentangnya dan akan semakin banyak pula benalu yang tumbuh di sekujur batangnya. Mulai akar hingga daun hingga merusak buahnya.
Jika kali ini ACT yang terkena, semoga ini menjadi kesempatan instropeksi 'terpaksa' yang harus diterima. Regenerasi kepemimpinan adalah perlu, perkuat pengawasan dan penegakan aturan baik internal maupun eksternal haruslah berjalan dan berimbang.
Dituduh memang menyakitkan. Apalagi yang dituduhkan itu dalam satu sudut pandang yang layaknya seperti sebuah kebenaran atau hanya sekedar pembenaran.
Namun, efek samping dari tuduhan itu pun harus bisa diukur. Apakah selanjutnya lembaga penghimpunan donasi dan kepedulian Islam akan dijauhi? Akankah relawan-relawan yang masih berada di sekitar mustahik, mengangkat harapan hidup para penyintas penyakit dan bencana akan menjadi sasaran olok-olokan dan mata-mata penuh curiga?
Adalah kewajiban kita untuk menjaga agar nafas kerelawan, filantropi dan kepedulian tidak mati mesin di tengah jalan. Karena lembaga-lembaga inilah yang mengisi kekosongan jangkauan tangan-tangan lembaga pemerintah kepada masyarakat dhuafa dan marjinal.
Wallahualam.
Tulisan ini saya copas dari postingannya Christina Lie, seorang internet marketer tanah air, yang kini mengembangkan sayapnya dengan menerbitkan brand kosmetik sendiri.
Sengaja saya copas, karena isinya sangat menarik dan related dengan kehidupan pribadi saya. Saya tarok di blog, biar mudah ditemukan.
Yuk sama-sama baca, dan kita terapkan..
---------
Tulisan ini buat temen-temen yang saat ini masih ber-status karyawan, terutama yang usianya di bawah 30 tahun.
π¦ Jangan terlena dengan rutinitas, dan bentar-bentar maunya pulang on-time.
Pulang on-time itu bukannya gak boleh, tapi setidaknya gunakan juga sedikit waktumu dalam sehari untuk menimba ilmu yang baru, entah itu dari rekan kerja, dari senior, seminar/ws/buku/internet.
π¦Biar gak gagal paham mengenai maksud saya on time.
Kerjaan selesai on-time itu justru wajib. Karena ya masa kita malah gak etis menggunakan jam kerja kita untuk belajar sesuatu yg diluar job desk kita sendiri. Di sini lebih maksudnya adalah, coba minta waktu dengan para senior/rekan kerja yang kamu ingin perdalam ilmunya setelah jam kantor, atau mungkin pas istirahat makan siang?
Nah ketika kita minta waktu itu, tentunya kita yang harus mengikuti kapan mereka bisa available untuk mentoring kita ya toh :)
π¦ Nah waktu belajar kamu itu justru sebetulnya setelah jam kerja atau di luar jam kerja.
Jika perusahaan mengirim kamu untuk seminar/workshop di luar jam kerja --> harusnya kamu senang, karena ilmu bertambah, dibayarin pula, bukannya malah merasa "wah waktu libur gue ilang"
π¦ Perhatikan sistem yang ada di perusahaan, flow-nya, apa yang bisa kamu pelajari, milikilah cita cita minimal ingin bisa buka juga usaha seperti tempat kamu kerja.
π¦ Setelah kamu bisa melihat gambaran besar dari flow yang ada, Coba amati kendala apa saja yang terjadi di lapangan, dan apa saja yang bisa terjadi.
π Lalu coba latih pikiran kamu,
"jika saya adalah pemimpin perusahaan ini, apa yang akan saya lakukan?"
π¦ Kontribusikan ide/masukan kamu di setiap kesempatan yang kamu bisa dapatkan ke atasan. Apalagi jika karyawan makin banyak di perusahaan tersebut. Bagaimanakah agar kamu bisa terlihat menonjol dibanding yang lain?
π¦ Cari Muka itu beda dengan Mendapat Muka.
Pimpinan yang sering terjun langsung ke team-nya, dan dekat dengan bawahannya pun sebenernya tau kok siapa yang cari muka dan siapa yg betul-betul kerja.
π¦ Sering tanya ke diri sendiri, ilmu baru apakah yang saya dapatkan di minggu ini dari perusahaan ini?
Gak ngerti excel, tanya ke temen kerja yg ngerti minta belajar. Gak ngerti desain, tanya. Gak ngerti cara closing bisa tanya ke temen CS.
π¦ Perkaya diri dengan ilmu selagi muda.
π¦ Tahan banting sama kritik oleh atasan --> submit kerjaan tapi dikritik atasan untuk revisi ini itu jangan langsung baper.
Nggak semua atasan itu gaya kritiknya bisa sehalus molto. Ilmu kalian dan skill kalian itu percaya gak percaya akan berkembang dengan adanya kritik.
π¦ Ketika kamu kerja gak pernah ada yg kritik, justru ini yang harus hati hati, ini artinya kamu udah paling pinter sendiri, contoh, kamu misalnya jago bikin desain, semua orang pada muji, hingga suatu ketika ada temen kamu yg tau tau bilang, kayaknya lebih cepet kalau kamu step-nya gini deh.. disini kan kamu jadi belajar hal yang baru.
π¦π¦π¦π¦π¦
KESALAHAN yang sering dilakukan para pekerja saat ini yang baru lulus kuliah --> kurang belajar, kurang menyukai tantangan baru, menganggap tantangan itu adalah masalah yang bikin lembur.
Pemikirannya lebih "kerjaan gak kelar-kelar" yang penting pulang on-time, dan pas internal meeting malah diem aja nunggu instruksi, gak ada kontribusi atau apapun.
Giliran kelar meeting baru berkicau ke temennya, kalau dia sebetulnya ada ide ini itu, tapi takut dianggap cari muka kalau diomongin pas meeting.
KESALAHAN KRUSIAL LAIN
Membatasi diri dengan atasannya, misalnya nih, kalau makan siang, maunya lunch sama yang kamu anggap selevel. Begitu juga ketika bergaul di kantor, nge-geng sendiri sendiri.
Kalau diajak ngumpul sama seniornya, merasa malu, "apalah aku ini hanya serpihan oreo"
π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯π₯
PADAHAL ya, pernah dengar cerita seekor Elang π¦ yang waktu dia masih jadi telor, π£π£ nyasar ke kandang ayam?
Karena dia selalu berkumpul dengan ayam π₯ , dia gak tau kalau dia itu Elang π¦ .
Ini aja udah mental block, kamu gak akan bisa maju kalau kelamaan gaulnya sama "ayam", kamu harus bisa merasa potensi diri kamu itu diciptakan "lebih besar" dari yang kamu kira.
π¦π¦π¦π¦
Hampir tiap pelamar, nulis di CV, NGAKUNYAAAA:
π proaktif --> tapi giliran ada sesuatu yg gak beres, misalnya dia melihat ada flow yg bisa dipersingkat, tapi diem aja gak ambil tindakan atau lapor ke atasan.
π bisa bekerja dalam tim --> dibecandain eh malah baper, terus ngambek gak jelas
π Memiliki semangat belajar tinggi --> tapi saklek sama jam kerja, jam pulang ya kudu pulang.. lah terus belajarnya kapan?, nanya ke rekan kerja pas jam kerja ya atuh gimana mau dijawab serius, wong dia lagi kerja. Diminta memanfaatkan tanggal merah untuk ikut workshop, ngeluhnya segambreng.
HADEHHH...
Jadi, singkat cerita
dalam hidup itu,
Please..
♦ Try to learn something new everyday ♦
Kita ini hidup kan bukan cuma buat ngegedein badan aja, tapi harus perkaya ilmu kita juga ππ
dan...
mau sampai kapan jadi ayam?
π¦π¦π¦
Cheers,
Christina Lie
Founder/CEO 101Red.com
Aku mendesah di sampingnya. Kecut dan kelu.
Tuhan, aku buntu lagi.
Uang gaji sudah habis tiga hari lalu. Sedangkan tanggal masih menunjukkan angka 15.
"Coba tagih dengan Kak Anton, Bi. Lumayan untuk bantu-bantu keuangan sampai tiba tanggal gajian". Istri mengingatkan aku.
"Iya Mi, hari ini Abi tagih", jawabku.
"Oiyo Bi, Ummi mintak isike bensin. Senin-Rabu antar jemput sekolah Fathir," istriku masih mengingatkan.
"Iya Mi".
Beginilah lika-liku kehidupan keuangan kami. Seperti yang saya tulis di sini, pemasukan kami sebesar Rp.4,9 juta saja. Masih butuh sekitar Rp1,9 juta untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan.
Dan, lewat tanggal 12, biasanya mulai kasak-kusuk karena keuangan mulai seret. Orderan freelance sebenarnya ada, tapi kadang statusnya piutang. Walaupun pekerjaan sudah selesai, seringkali pembayarannya agak lama.
Maklumlah, freelance masih amatiran. Jadi belum berani pakai kontrak-kontrakan segala.
Alhasil, honornya harus ditagih dulu. Karena memang tidak ada janji untuk jadwal pembayaran.
Tapi alhamdulillah, biasanya konsumen freelance aku tidak pakai lama langsung membayar, begitu aku menagih. Dengan catatan pekerjaannya memang sudah selesai.
Seperti dengan kak Anton ini, aku ada project membuat layout buku Peta Politik DPRD Sumsel.
Sembari tulisan ini dibuat, sambil aku chat ke Kak Anton via FB messanger karena hapeku sedang ngadat. Dan tak sampai lima menit, transferan pun masuk.
Ping!
Alhamdulillah, Thanks to Kak Anton.Tuhan, aku tidak jadi buntu separuh bulan ini. Makasih ya Rabb.
Demikian, tulisan pendek ini. Sekedar menuntaskan gelisah di hati.
Tabik!
-------
Open Comission untuk jasa layout buku dan majalah, free editing naskah dan typo.
Cek DI SINI. Sekalian juga kalo ada yang ingin menerbitkan buku ISBN, boleh sama kita juga.
Hubungi : 0852 7966 1756.
Assalamualaikum wr wbr,
Apa kabar Sahabat? Semoga senantiasa sehat dan senantiasa dalam keadaan iman dan insyaf.
Dalam dua minggu terakhir ini, saya 'berguru' kepada tiga orang ustadz via Youtube. Yakni, Buya Yahya, Prof. Quraish Shihab dan Abuya Arrazy Hasyim.
Dari ketiganya saya menemukan cara belajar Islam yang menyejukkan. Moderat dan berbaik sangka.
Saya akui memang cukup lelah dalam mengamati dan memilah perkembangan dakwah islami dan pergerakan. Apalagi ketika sudah masuk dalam tataran akidah dan ahlak.
Saya terakhir-terakhir ini mulai muak soal bid'ah, Dikit-dikit bidah, dikit-dikit harus sesuai sunnah. Dikit-dikit ancaman siksa Allah itu pedih, dikit-dikit harus sesuai Al Quran dan Sunnah.
Jangankan bicara soal siksa dan keperkasaannya. Bahkan menyebut-Nya secara langsung saja, saya sudah takut-takut. Takut nanti dinilai tidak beradab kepada-Nya. Naudzubillahi mindzaalik..
Padahal, saya sehari-hari cukup hanif. Dalam artian lurus-lurus saja - jangan dibandingkan dengan kehanifan Nabi Ibrahim as yang telah diakui oleh Allah di dalam Al Quran ya.
Shalat lima waktu tidak pernah tinggal. Shalat di masjid juga dijabani, paling tidak Maghrib dan Subuh. Tilawah, alhamdulillah, masih disempatkan.
Tapi kalo soal hafalan ya, agak berantakan. Nggak pernah nambah-nambah lagi setelah selesai kuliah..
Ya saya merenung, mengapa sekarang 'ajaran-ajaran' yang katanya dibawa oleh rombongan ahlu sunnah wal jamaah dan gerakan kembali ke Al Quran dan As Sunnah lebih sering mengkafir-kafirkan orang gegara dosa besar dan kecil, membid'ahkan orang di luar kelompok mereka, hanya soal amalan sunnah dan bahkan mubah.
Saya capek.
Masak iya, ajaran Islam yang telah berjalan di Indonesia selama ratusan tahun salah semua? Apakah guru-guru yang mengajarkan Islam selama ini adalah ahli bid'ah dan pasti masuk neraka? Bahkan mereka yang telah menelurkan berbagai kitab klasik dan jutaan santri?
Ngeri kali ya..
Saya capek.
Sampai akhirnya saya ketemu soal akidah mazhab Asy'ariyah - Maturidiyah dari Ustadz Abdul Somad. Lalu saya cari-cari dan ketemulah channel Dr H Arrazy Hasyim, Lc, MA. Alhamdulillah..
Dalam salah satu ceramahnya beliau menyampaikan, jika pusing belajar soal akidah maka cukuplah bersyahadat dan jalankan syariat.
Maka saya cukupkan diri dengan apa yang telah saya terima dari guru-guru saya sebelumnya, dan menutup diri dari 'pemikiran impor' yang dikit-dikit menyalahkan, dikit-dikit membid'ahkan orang lain.
Aku hanya ingin menjadi muslim yang baik, percaya kepada Allah, menjalankan syariat Islam yang tengah dan baik kepada tetangga. Datang tahlilan, Yasinan, selamatan, gotong royong lingkungan dan kumpul-kumpul di pos ronda.
Dan menjauhi politik identitas dalam ranah pergerakan dan siyasah..
Terimakasih ya Rabb, di masa saya, Engkau anugerahkan Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Abdul Somad, Buya Arrazy Hasyim, dan guru-guru lain untuk negeri ini.
Wallahualam.
Tabik!
Aku buka tulisan kali ini dengan lirik lagu Madu Tiga yang dinyanyikan oleh Ahmad Dhani feat The Swinger :
Aih senangnya dalam hati
Kalau beristri dua
Seperti dunia
Ana yang punya
Kepada istri tua
Kanda sayang padamu
Kepada istri muda
I say i love you
Istri tua merajuk
Balik ke rumah istri muda
Kalau dua dua merajuk
Ana kawin tiga
Mesti pandai pembohong
Mesti pandai temberang1
Oh tetapi jangan sampai
Eh pecah temberang2
1Temberang = Omongan berbual, bohong
2Temberang = Tali-temali pada layar kapal.
Lirik yang jenaka, nakal dan slebor. Lirik ini seakan mewakili selera humor di tengah masyarakat laki-laki dalam memandang poligami. Seakan poligami adalah hal yang enak dibicarakan, ditertawakan bersama dan tidak menanggung beban konsekuensi sama sekali.
Ok. Tetiba aku ingin menulis soal poligami ini.
Pasalnya, istri sepulang dari ikut mudik mengiring mertua ke Sri Tanjung, Ahad (28/11/2021) kemarin, rupanya bersama Mang Zili beserta istri tuanya.
Jadilah, begitu pulang ke rumah, berceritalah istri saya soal kelakuan istri tua Kak Zili tadi soal tingkah laku Kak Zili yang mencegah dia mengangkat hape panggilan dari istri keduanya. Soal jumlah ATM yang lebih dari satu - padahal istri pertama tadi tahu kalo suaminya itu seharusnya punya satu ATM saja dari bank pemerintah, sebagai tempat menampung transferan duit gaji selaku ASN.
Dan seterusnya..
Dan seperti biasa, jika sudah ngomong soal poligami ini, istri saya langsung mengultimatum. Tidak mau dimadu. Jika saya nekat poligami, maka ia akan mundur. Tidak mau hidup dimadu alias minta cerai saya.
Aku ya tertawa meringis.
Orang yang retok poligami, kok aku yang kena getahnya. Hehe..
Tapi, ini bukan sekali dua kali kami berdiskusi soal poligami - dan biasanya istri yang memulai. Aku juga sudah punya jawaban sendiri soal poligami ini.
"Aku sudah menutup bab soal poligami ini", jawabku diplomatis.
Ok. Aku buat disclaimer dulu. Aku bukan seorang ustadz, bukan pula pelaku atau penolak poligami. Namun sebagai seorang muslim, Aku tentu mengimani AlQuran dan Hadis. Dan soal poligami, ayat yang sering dipakai adalah QS An-Nisa ayat 3 :
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Tentu saja, ayat di atas jika dimaknai dan ditafsir akan mempunyai banyak penafsiran. Sudah banyak pihak yang sangat berkompeten telah membahasnya.
Tapi, intinya. Aku tidak menolak poligami. Karena jelas-jelas sudah ada ayatnya. Dan sebagai seorang muslim, tidaklah diperkenankan menolak satu ayat saja di dalam Alquran jika tidak ingin dikeluarkan dari status muslim.
Silakan bagi yang mampu untuk berpoligami. Mampu secara fisik, mampu secara finansial lebih-lebih lagi, mampu bersikap adil dan berkasih sayang kepada istri-istrinya.
Sedangkan aku, cukup dengan satu istri. Karena aku menyadari, aku hanyalah insan yang lemah dan banyak kekurangan. Masih banyak kewajiban-kewajiban syariat yang belum aku tunaikan secara sempurna. Baik tertib rukun apalagi sampai ke level makrifah.
Jadi, untuk diriku sendiri, Aku membatasi, jangan sembarangan ngomong soal itu sunnah. Masih banyak sunnah-sunnah dari baginda Nabi Saw yang bisa kita tiru dan dahulukan. Lebih baik perbanyak amal shalih, memberi makan fakir miskin menyantuni anak-anak putus sekolah dan lainnya.
Oke clear ya..
Tabik.
Kamu ditunjuk jadi panitia kegiatan seksi sibuk ngurusin perlengkapan? Nama peserta bejibun dan nggak mungkin jika diketik satu-satu? Dibu...
Pakdezaki . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates