Selamat Hari Blogger Nasional!
Selamat hari Blogger Nasional!
Seneng ya, meski profesi blogger belum setua usia profesi dokter, guru dan lainnya, namun setiap tanggal 27 Oktober, diperingati sebagai Hari Blogger Nasional.
Mundur ke belakang sedikit, Hari Blogger Nasional mulanya diinisisasi sebagai Pesta Blogger yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober. Nah, momen Pesta Blogger pada tahun 2007, disepakati sebagai Hari Blogger Nasional. Pencanangan itu sendiri dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi kala itu, Bapak Muhammad Nuh.
Menjadi blogger tentu bukanlah hal yang eksklusif dan dimiliki oleh satu orang atau entitas tertentu saja. Sebagian besar blogger adalah penyandang status profesional yang lain. Apakah ia guru, dosen, dokter, fotografer hingga jurnalis. Mereka memanfaatkan platform weblog untuk menulis jurnal, catatan pribadi atau mengikat pengalaman pengetahuan dari profesi mereka.
Sementara, ada juga sebagian blogger yang memilih menjadi freelance, menggabungkan dengan profesi lepas mereka. Menjadi influencer, content writing, buzzer, product reviewer atau traveller.
Dan adapula blogger yang juga seorang pengusaha informasi. Mereka punya banyak blog, namun bukan mereka yang mengisi. Mereka melakukan riset untuk mengetahui tema apa yang banyak dicari orang, kemudian meng-hire sesama blogger, baik secara langsung maupun melalui marketplace freelance.
Sebagai pengusaha, mereka tidak turun langsung di bidang tulis-menulis. Tapi mereka sudah menjadikan tindak kepenulisan sebagai mata rantai industri. Ada hal lain yang dikejar, di luar sekedar ‘kepuasan’ khas seorang pekerja intelektual untuk menghasilkan karya.
Mereka menjadikan motif ekonomi sebagai energi penggerak. Dalam bahasa canda, seorang teman memberi label untuk jenis blogger seperti ini sebagai ‘Blogger Matre’. Mereka berternak blog, membayar penulis untuk tema tertentu dan menghasilkan dolar-rupiah yang gurih melalui pihak ketiga.
Sah-sah saja.
Semua punya alasan untuk memilih motif yang mana dari ketiga jenis blogger di atas. Yang penting apa yang mereka tuliskan adalah hal yang bermanfaat, tidak melakukan tindakan tidak etis seperti copy-paste, menyebarkan berita hoax atau menabur link-link redirect khas jebakan Betmen.
Percayalah, dalam dunia kreativitas. Hasil tak akan mengkhianati proses. Mereka yang tekun menulis dan mampu menjaga moodnya, akan tersenyum saat karya-karya mereka mendapatkan penghargaan dari pembaca lebih-lebih lagi dari penerbit major label berupa tawaran menerbitkan buku.
Ataupun, mereka yang tersenyum lebar karena berhasil memenangkan lomba penulisan blog dan diganjar uang berjeti-jeti. Semuanya adalah buah dari keringat, kreativitas dan semangat untuk berkarya.
Kalau saya? Jauh jika disebut untuk menyalurkan kreativitas. Satu-satunya yang menjadi alasan saya untuk menulis adalah mengamini pesan sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib r.a. : “Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”.
Tabik!
Seneng ya, meski profesi blogger belum setua usia profesi dokter, guru dan lainnya, namun setiap tanggal 27 Oktober, diperingati sebagai Hari Blogger Nasional.
Mundur ke belakang sedikit, Hari Blogger Nasional mulanya diinisisasi sebagai Pesta Blogger yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober. Nah, momen Pesta Blogger pada tahun 2007, disepakati sebagai Hari Blogger Nasional. Pencanangan itu sendiri dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi kala itu, Bapak Muhammad Nuh.
Menjadi blogger tentu bukanlah hal yang eksklusif dan dimiliki oleh satu orang atau entitas tertentu saja. Sebagian besar blogger adalah penyandang status profesional yang lain. Apakah ia guru, dosen, dokter, fotografer hingga jurnalis. Mereka memanfaatkan platform weblog untuk menulis jurnal, catatan pribadi atau mengikat pengalaman pengetahuan dari profesi mereka.
Sementara, ada juga sebagian blogger yang memilih menjadi freelance, menggabungkan dengan profesi lepas mereka. Menjadi influencer, content writing, buzzer, product reviewer atau traveller.
Dan adapula blogger yang juga seorang pengusaha informasi. Mereka punya banyak blog, namun bukan mereka yang mengisi. Mereka melakukan riset untuk mengetahui tema apa yang banyak dicari orang, kemudian meng-hire sesama blogger, baik secara langsung maupun melalui marketplace freelance.
Sebagai pengusaha, mereka tidak turun langsung di bidang tulis-menulis. Tapi mereka sudah menjadikan tindak kepenulisan sebagai mata rantai industri. Ada hal lain yang dikejar, di luar sekedar ‘kepuasan’ khas seorang pekerja intelektual untuk menghasilkan karya.
Mereka menjadikan motif ekonomi sebagai energi penggerak. Dalam bahasa canda, seorang teman memberi label untuk jenis blogger seperti ini sebagai ‘Blogger Matre’. Mereka berternak blog, membayar penulis untuk tema tertentu dan menghasilkan dolar-rupiah yang gurih melalui pihak ketiga.
Sah-sah saja.
Semua punya alasan untuk memilih motif yang mana dari ketiga jenis blogger di atas. Yang penting apa yang mereka tuliskan adalah hal yang bermanfaat, tidak melakukan tindakan tidak etis seperti copy-paste, menyebarkan berita hoax atau menabur link-link redirect khas jebakan Betmen.
Percayalah, dalam dunia kreativitas. Hasil tak akan mengkhianati proses. Mereka yang tekun menulis dan mampu menjaga moodnya, akan tersenyum saat karya-karya mereka mendapatkan penghargaan dari pembaca lebih-lebih lagi dari penerbit major label berupa tawaran menerbitkan buku.
Ataupun, mereka yang tersenyum lebar karena berhasil memenangkan lomba penulisan blog dan diganjar uang berjeti-jeti. Semuanya adalah buah dari keringat, kreativitas dan semangat untuk berkarya.
Kalau saya? Jauh jika disebut untuk menyalurkan kreativitas. Satu-satunya yang menjadi alasan saya untuk menulis adalah mengamini pesan sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib r.a. : “Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”.
Tabik!