Kamis, 31 Desember 2020


Adalah Ilham KS, owner Motionvalley Studio yang berbagi cerita bagaimana ia menyelesaikan pekerjaan 'kecil' dari sebuah maskapai penerbangan asal negeri sultan, Brunei Darussalam. Saat itu, studionya harus melakukan sedikit sentuhan dalam salah satu video promo maskapai.

Ceritanya, salah satu agency Singapura mendapat project dari maskapai di negeri yang dipimpin Sultan Halsana Bolkiah itu. Sayangnya, setelah video promosi selesai, ditolak oleh pihak maskapai.

Pasalnya, salah seorang talent dalam adegan video promosi tersebut mengenakan celana pendek dan memperlihatkan dengkul alias lututnya terbuka. Tahu kan ya, kalo negeri Brunei Darussalam itu sangat concern dalam menegakkan syariat Islam. Sedangkan lutut laki-laki termasuk aurat yang tidak boleh terbuka di tempat umum.

Maka puyenglah jajaran agency tadi. Tidak mungkin mereka harus melakukan take ulang. Karena banyak budget yang harus dikeluarkan. Dengan kata lain, sama saja mereka harus membuat ulang. 

Singkatnya, pihak agency 'curhat' dengan Ilham KS.  

Dan Ilham KS pun mengiyakan. Maka dikerjakanlah project itu. Meski terlihat 'cuma' menutup aurat kaki talent, tentu saja Ilham menyebut pekerjaan tersebut berdarah-darah. Pasalnya, selain dibatasi oleh deadline yang tidak terlalu bersahabat, juga butuh resource perangkat yang tidak sederhana untuk menciptakan keajaiban tersebut dalam waktu singkat.

Benar-benar sebuah pekerjaan selevel Sangkuriang atau Bandung Bondowoso.

Dan voila, video pun selesai. Hasilnya pun halus mulus, tak terlihat seperti editan. So naturaly. Agency Singapura puas dengan decakan kagum tak percaya. Dan yang paling utama, klien mereka pun setuju.

Yah, begitulah bagaimana sebuah project yang membutuhkan kesempurnaan harus dikerjakan dalam tenggat waktu yang amat singkat. Itu semua mustahil jika tidak didukung oleh perangkat yang mumpuni. "Jika memang butuh, mau tak mau kita harus menginvestasikan tools yang mumpuni," ujar Ilham KS, otak di balik proyek 'ugal-ugalan' itu, saat menceritakan kembali pengalamannya dalam kesempatan webinar bertajuk "Professional Design with StudioBook". 

Webinar itu sendiri hasil kolaborasi antara ASUS dengan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), pada Minggu (20/12/2020) malam.

Lanjut Ilham, perangkat yang mendukung akan menjamin profesionalitas kita dalam berkarya. "Perangkat apa yang kita gunakan sekarang, kalau bisa tetap dapat digunakan dalam lima atau sepuluh tahun ke depan. Bukan soal daya tahan saja ya. Tapi juga, mampu beradaptasi dengan kemungkinan kemajuan teknologi di masa depan," ujar dosen yang mengajar di bidang Visual FX itu. 

Ilham didaulat menjadi narasumber dalam webinar itu, bersama dengan Muhammad Firman, selaku Head of Public Relation, ASUS Indonesia. 

Dalam kesempatan itu juga Ilham menceritakan pula tentang pengalamannya saat mencoba laptop superpower, ASUS StudioBook dan mendemonstrasikan bagaimana sebuah project animasi - ia menggunakan software animasi 3D Blender, menyelesaikan pekerjaan rendering object 3D dalam sekedipan mata saja. Ilham memberikan testimoni, laptop ini sangat mampu memberikan pengalaman nyata bagi pekerja komputasi kelas berat dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Catet!

ASUS Expert Series

Oya, buat kamu yang belum tahu, ASUS pada bulan Agustus 2020 lalu, secara resmi memperkenalkan kelas baru laptop bergenre workstation, yang diberi nama ASUS StudioBook. Kelas ini melengkapi deretan ASUS Expert Series sebelumnya, bersama Asus ExpertBook, ASUS AIO dan Asus Chromebook.   

1. ASUS ExpertBook 

Fingerprint sensor di Asus ExpertBook

Laptop yang diperuntukkan bagi kalangan pebisnis dan pengguna perangkat mobile yang intens untuk melakukan pekerjaan secara cepat dan efisien. Spesifikasi kuncinya : dukungan prosesor  Intel® Core™ Generasi ke-10, layar nano edge, fingerprint sensor hingga penyimpanan ganda SSD+HDD dan optimalisasi memory dengan kehadiran Intel® Optane™ memory.

2. ASUS AIO 

ASUS AIO, memberikan keringkasan sebuah desktop PC

Asus All in One (AIO) menghadirkan jajaran komputer desktop terintegrasi. Di mana sebuah PC dibuat ringkas menjadi tinggal dua perangkat saja, yakni monitor dan keyboard+mouse. Sementara tower CPU beserta kelengkapan tradisional yang ada di dalamnya seperti storage, memory RAM, motherboard, telah dirangkum ke dalam monitor . ASUS AIO memperkenalkan tiga jajaran, yakni  Zen AiO Series, Vivo AiO Series, dan Commercial Series.

3. ASUS ChromeBook 


Apa jadinya, jika internet of think dipepatkan ke dalam sebuah laptop? Maka, Asus Chromebook bisa menjadi pilihan. Ya, jika sebelum ini kita hanya mengenal chrome sebatas browser, maka chromebook ini akan membantu kamu mengerti bagaimana ia telah berevolusi menjadi sebuah sistem operasi.

Didukung ekosistem Playstore dengan ribuan aplikasi, serta konsumsi memori yang lebih rendah dibanding sistem operasi lain, dapat dipastikan ASUS Chromebook akan menjadi primadona baru bergandengan dengan gadget mobile dalam menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan efisien, kemudahan dalam berkolaborasi dengan pengguna lain, dan berbagai keunggulan lainnya. ASUS menawarkan dua varian, yakni ASUS Chromebook dan ASUS Chromebook Flip. 

4. ASUS StudioBook 

ProArt Studio BookOne W590

Dan seri inilah yang akan kita bahas dalam tulisan ini. Rangkaian laptop penuh pesona, super powerful dan akan menjadi idam-idaman para pelaku industri kreatif di tanah air. ASUS StudioBook memberikan pengalaman baru tentang arti sebenar sebuah laptop sebagai pendukung pekerjaan bagi kalangan profesional. Dengan segmen bidikan meliputi para pelaku industri kreatif dan dunia engineering. 

Mulai dari ilustrator, animator, graphic motion, drafter, arsitek, insinyur teknik dan seterusnya. 

Cekidot! 


ASUS Pro Art StudioBook, sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Firman, lahir untuk mengisi celah antara dua kelas jajaran laptop ASUS sebelumnya, yakni ZenBook dan VivoBook. 

Jika Zenbook hadir sebagai ultrabook yang menyuguhkan desain sangat ramping dan ringan dibawa ke mana-mana, tetapi dengan performa di atas rata-rata sehingga sangat cocok bagi pekerja kerah putih yang memiliki mobilitas sangat tinggi.

Sementara VivoBook hadir sebagai jawaban bagi kalangan pelajar dan mahasiswa, termasuk guru dan dosen yang menginginkan laptop dengan spesifikasi yang sesuai. Baik dari segi performa dan budget. Laptop yang sangat pas untuk mempelajari hal-hal basic. 

Nah, kalo StudioBook menyasar kalangan profesional, yang membutuhkan perangkat yang bisa menyelesaikan pekerjaan secara real time - on the spot. Saat itu juga, di tempat yang sama. Laptop ini bisa juga disebut perangkat powerhouse performance. Karena mampu memanajemen sumber daya, baik masukan maupun keluaran secara baik.  

"Itu laptop StudioBook, kita menjualnya by demand. Atas permintaan. Jadi sasaran kita memang studio-studio kreatif atau kantor-kantor yang ingin mengadakan laptop khusus pekerjaan komputasi berat," jelas Muhammad Firman dalam kesempatan yang sama.  


Yuk kenalan dengan varian ASUS StudioBook ini : 

ProArt StudioBook One

Jangan main-main dengan jenis ASUS ProArt StudioBook One (W590) ini. Hadir sebagai laptop yang paling mumpuni di antara seri ProArt lainnya, dengan bandrol seharga mobil LCGC baru. Yes, ada alasan mengapa ASUS berani membandrol dengan harga tinggi.  

Varian ini diklaim sebagai laptop terkuat dan teraman di dunia.

Buat yang kepo dengan spesifikasinya, ASUS ProArt StudioBook One dijejali dengan prosesor (CPU) Intel Core i9-9980HK, dengan RAM 64 GB (DDR4), SSD 1 TB, serta pengolah grafis (GPU) Nvidia Quadro RTX 6000 dengan 24GB VRAM (GDDR6).


Nah, inovasi dari laptop ini sekaligus menjadi diferensiasi dari seri dalam jajaran StudioBook series adalah seluruh jeroan hardware di atas tadi diletakkan tepat di belakang layar. Tujuannya, untuk mengoptimalkan pembuangan panas, setelah dibuang dari sistem cooling fan-nya, langsung disambut oleh aliran udara luar.

Namanya juga perangkat untuk kerja berat, banyak panas yang tercipta dan harus dibuang dengan segera untuk mengoptimalkan operasinya. 

Komponen hardware seperti kipas pendingin, memori, prosesor hingga storage diletakkan di belakang layar utama. 

Untuk layar sendiri, laptop ini memiliki ukuran 15,6 inci dengan rasio 16:9 dan telah beresolusi 4K UHD. Selain itu juga, untuk warnanya sudah mendapatkan sertifikasi dari Pantone terkait tingkat akurasi warna. 

ini memiliki panel IPS dengan diagonal 15,6 inci (rasio layar 16:9) beresolusi 4K UHD yang sudah dilengkapi dengan sertifikasi tingkat akurasi warna dari Pantone. Spesifikasi kunci lain untuk layarnya, sudah mendukung 97 persen DCI-P3, refresh rate 120 Hz dengan tingkat kecerahan tembus di angka 300 nits. 

Pasti pada nebak nih jangan-jangat berat kali ya gaes? 

Hm, relatif sih. Meskipun kelihatan bongsor, namun laptop ini beratnya cuma 2,48 kg dengan ketebalan 2,42 cm saja. Sehingga masih amanlah untuk dibawa kemana-mana. 

ProArt StudioBook Pro X dan Pro 17

StudioBook Pro X

Berbeda dengan ProArt StudioBook One, ProArt StudioBook Pro X (W730) dan Pro 17 (W700) memiliki layar yang lebih lebar. Diagonal layar kedua laptop tersebut adalah 17 inci (resolusi WUXGA) dan memiliki rasio 16:10, serta sudah dilengkapi dengan sertifikasi Pantone. 

Kedua laptop ini mengusung desain yang mirip dengan laptop konvensional, dengan keunggulan tampilan layar NanoEdge Display yang memungkinkan bezel di sekeliling layar dirancang setipis mungkin. Meski demikian, ada satu perbedaan yang mencolok.

ProArt StudioBook Pro X dibekali dengan teknologi ScreenPad 2.0, memungkinkan komponen touchpad "disulap" menjadi layar kedua untuk beragam fungsi tambahan.

Sementara touchpad di ProArt StudioBook Pro 17 hanya bisa dialihfungsikan sebagai NumberPad saja, tidak bisa dijadikan layar kedua.

StudioBook Pro 17

Terlepas dari desainnya yang berbeda, kedua laptop ini sama-sama bisa dikonfigurasi dengan CPU Intel Xeon E-2276M, dengan opsi Intel Core i7-9750H untuk ProArt StudiBook Pro 17. 

Prosesor tersebut dipadankan dengan RAM 64 GB, SSD 1 TB, serta GPU Nvidia Quadro RTX 5000 dengan 16 GB VRAM untuk ProArt StudioBook Pro X.

Sedangkan "saudaranya" dibekali dengan kapasitas RAM 16/32 GB, SSD 512 GB/1 TB, serta GPU Nvidia Quadro T1000/T2000/RTX 3000 Max-Q.

ProArt StudioBook 15 dan Pro 15



ProArt StudioBook 15 (H500) dan Pro 15 (W500) merupakan laptop seri ProArt yang memiliki layar berukuran 15,6 inci dengan resolusi UHD, tingkat kecerahan 400 nits, dan sertifikasi warna dari Pantone.

Kedua laptop ini mengusung komponen hardware yang nyaris sama persis. Keduanya ditenagai dengan CPU Intel Core i7-9750H dengan RAM 16 GB, serta SSD 1 TB untuk ProArt StudioBook 15 Pro dan 512 GB untuk versi reguler.

Untuk urusan pemrosesan grafis, ProArt StudioBook 15 sendiri dibekali dengan GPU Nvidia GeForce RTX 2060, sedangkan versi "Pro" memiliki GPU Nvidia Quadro RTX 5000 Max-Q.

ProArt StudioBook Pro 15 (W500)
Meski spesifikasinya sedikit berbeda, kedua laptop ini memiliki desain yang identik, dengan bobot yang sama beratnya. Keduanya memiliki bobot 1,98 kg, dengan dimensi ketebalan 2,09 cm.

Gimana, kamu berminat meminang salah satunya? Kalo saya sih mau banget! (*)


Pakdezaki . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates