Rabu, 14 Oktober 2015

Khianat pada diri sendiri


Siapa itu, orang yang sering berkhianat terhadap dirinya sendiri? Alangkah malangnya. Terhadap dirinya sendiri ia berkhianat apatah lagi kepada orang lain. Banyak contoh di sekitar kita, orang yang berlaku sedemikian.

Namun demikian, tulisan ini bukanlah rotan penghukum yang mengarah kepada orang lain. Alangkah lebih baiknya, jika tulisan ini menjadi semacam cermin untuk mematut diri. Apakah sudah baik, 'pakaian' identitas kita. Apakah sudah rapi 'sisiran rambut' komitmen kita. Ataukah, 'ikat pinggang' komimen kita masih miring? Dan sebagainya.

Sebelum orang merasa dirugikan dengan kehadiran pribadi kita. Sebelum orang cerewet mengurus tingkah laku kita. Menjadi sangat baik jika kita duluan mematut kepantasan diri sebelum muncul keluar ke ruangan publik.

Dan, seperti apa contoh orang yang berkhianat kepada dirinya sendiri itu? Ya, mereka yang ingin berprestasi secara akademik, namun malas-malasan belajar. Enggan mengakrabi buku sebagai sumber ilmu. Menjaga jarak dengan guru, hanya menghampiri jika ada kebutuhan. Namun,  impian membuncah ingin menjadi orang hebat di bidangnya.

Huff, mustahil!

Termasuk pula mereka yang ingin hidup berkecukupan. Punya mobil, punya rumah sendiri. Ingin masa tua tinggal santai, menikmati kebebasan finansial. Namun, saat ini. Saat waktu masih bias dimanfaatkan untuk mempersiapkan semuanya, ia lebih memilih bersantai-santai. Tidak melakukan apa-apa. Tidak bersedia memelihara kesungguhan dalam memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja.

Jika mentok dengan masalah, mereka ini lebih suka mencari kambing hitam. Menyalahkan orang lain. Ketika Ketika nilai jeblok, biasanya gurunya yang disalahkan. Ketika hidupnya mulai sulit, serba berkekurangan,  nasiblah yang acapkali dijadikan kambing hitam. Bagi pebisnis, contoh manusia yang berkhianat pada diri sendiri, terlalu sering menuding kompetitor sebagai biang keladinya.

Di mana-mana, di kantor, di kampus, di sekolah, di tengah masyarakat hingga ke dalam tempat ibadah, selalu ada mahluk menyedihkan seperti ini.


Orang yang suka berkhianat kepada diri sendiri, adalah orang yang terlalu angkuh mengangkat dagunya. Mereka tidak mengindahkan, bahwasanya hidup adalah proses sebab akibat. Dan ini sudah sunnatullah. Ingin  pandai haruslah belajar. Ingin pandai teruslah berlatih dan seterusnya.

Yang menyakitkan adalah, mereka termasuk golongan orang yang lemah integritasnya. Jika dengan dirinya sendiri ia khianat, lalu bagaimana dengan orang lain? Berada di manapun, orang yang berkhianat pada diri sendiri akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan hubungan dan kerjasama dengan orang lain

Lemah integritas, hanya akan menyudutkan seseorang ke sudut pergaulan. sehebat apapun skill yang dimiliki, jika integritasnya lemah tak kan ada yang akan mengajaknya bekerjasama. Bagaimana mungkin mengajak orang bekerja sama, jika di tengah jalan orang ini akan menyusahkan. Akan banyak tindakan khianat yang bakal merugikan sang partner.

Semoga menjadi renungan bersama. Saya sedang tidak menggurui, apalagi menunjuk kesalahan orang lain. Cuma goresan perih, mengingatkan diri. Bahwa diri ini pernah terjatuh dan sangat rentan untuk terjungkal kembali ke dalam nista khianat ini.

Bukankah Sang Nabi telah mengingatkan akan buruknya sikap khianat ini? Wallahualam...

------------
Tulisan di atas, sejatinya merupakan parafrase dari status seorang teman di laman Facebook. Tulisan tersebut aslinya berasal dari halaman surat kabar Republika. Ditulis oleh seorang dosen di kampus Jogja, HD Iriyanto, seorang inspirator. Tulisan tersebut, coba saya jabarkan kembali berdasarkan penalaran dan pengalaman pribadi. Semoga berkenan. :)


Sumber Gambar : gienzcord.blogspot.com

1 komentar:

sip. terima kasih atas artikel yang bermanfaat ini Pak De.
Insha allah jadi amal jariyah. amiin.

www.3r-autoshop.com

REPLY

Pakdezaki . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates